September 25, 2008

My Bad Day

Kamis, 24 Sep 2008... Entah mengapa hari ini sangatlah berat buatku... saya bisa menyebutnya sebagai my bad day. Apakah ini sindrom boringmia? Begini ceritanya...

Seperti biasa, kami mandi pagi berdua (Lita dan saya)... ketika pake sabun jedukkkk... kepalaku kebentur keras tempat sabun yang diam tak bergeming di tembok... terjadilah luka dan memar luar biasa di keningku. Sempoyongan saya mencoba menyadarkan diri bahwa ini adalah kesalahanku.

Kejadian kedua adalah di dapur... saya merapikan piring gelas dan panci di lemari. Posisi lemari atas dan bawah terbuka, dan ketika saya nunduk naruh panci di bawah, jedukkkk.... kepalaku terantuk pintu lemari atas yg diam tak bergeming terbuka lebar... Bayangkan seperti apa benjol kepalaku klo pintu lemari itu sampai lepas dari engselnya... Menetes air mataku menahan sakit dan aku berusaha menyadarkanku bahwa ini akibat aku lupa nutup pintu lemari atas.

Kejadian ketiga adalah kejadian yang paling silly kulakukan. Memasak adalah rutinitasku setiap sore... hari itu aku berencana bikin Rolade dengan kulit dari telur dadar. Setelah siap bahan isi rolade, kuambil kotak yg berisi sedozen telur dan kulihat telur paling ujung pecah, tapi isi telur masih utuh... wah sayang klo dibuang. Entah dimana otakku saat itu, secara kulit telur lengket dikotal, kutuang kotak itu dengan harapan isi telur pecah itu tumpah kemangkok. Kuabaikan telur2 yang lain yang masih utuh, dan merekapun jatuh berhamburan ketika kutuang kotak itu... Sontak reaksiku adalah seluruh bagian tubuhku berusaha menangkap telur yg berhaburan ke bawah, termasuk kedua kakiku. Sebuah telur melayang diantara pahaku dan refleksku menjepitnya. Berhasil!!! tapi telur itupun pecah dipahaku karena kujepit hikkkk.... Mr Bean banget aku hari itu... Alhasil hanya 2 telur yang terselamatkan sedang yang lainpun ikut pecah...

Ketika aku ceritakan kejadian konyol ini ke suamiku tercinta, kamipun tertawa terpingkal2... dan ayahpun mencium keningku sambil berbisik, mungkin ibu lelah aja..

Renungan: Apakah aku sudah lelah menanti sesuatu yang tak kunjung datang juga, KERJA?... Apakah aku sudah bosan dengan rutinitas ini? Mudah2an aku jujur pada diriku sendiri bahwa aku tidak bisa diam diri dirumah, aku perlu melakukan sesuatu... Mudah2an kejadian ini dapat aku ambil hikmah buat hidupku ke depan.

September 22, 2008

Day care menurunkan resiko Asma pada anak?

Sept. 9, 2008 -- Infants and toddlers who attend day care are less likely than other children to develop asthma symptoms by age 5, a new study shows. (Salynn Boyles
WebMD Health News)

Hasil studi ini menunjukkan bahwa dari anak usia 6 - 12 bulan yang masuk daycare ditemukan 75% menurunkan resiko menderita bersin berulang (salah satu gejala astma), sedangkan anak masuk day care sesudah 1 tahun ditemukan 35% menurunkan resiko asthma dibandingkan anak yang sama sekali tidak masuk day care.

Hasil studi ini mendukung "Hygiene Hypothesis" yang menyatakan paparan dini terhadap infeksi dan bakteri memberi perlindungan terhadap asthma dan alergi. Kondisi ini dapat menjelaskan mengapa anak2 di negara maju/industri lebih tinggi beresiko mendapat astma dan alergi. Di negara maju, lingkungan rumah dan tempat umum terlihat sangat bersih,sehingga anak2 sangat kurang terpapar sumber infeksi dan bakteri sehingga kurang berkembang sistem imun dalam tubuhnya yg sangat berguna dalam melawan asma dan alergi.

Hasil Studi ini mendukung hipotesis ini, namun belum cukup membuktikan kebenaran dari Hygiene Hypothesis ini.

Sumber: http://children.webmd.com/news/20080909/day-care-may-cut-kids-asthma-risk?ecd=wnl_aaa_092208

Renungan: Anak usia 6 - 12 bulan adalah masa yang penting dalam pembentukan sistem kekebalan tubuh.

April 23, 2008

The power of truth

It was an experience will never forgotten in my life. They seems want to eat us when some questions were asked without any consideration. It was clear that whatever the explanation they are keep asking and conclude that the explanations were not strong enough for them. Even our bodyguards were there, they still want to make us uncomfortable. I thought only one among them that was realizing what we have presented will be very important for them. Only God knows what exactly they want, we just keep waiting for the impact. God gave a clue when an sms was sent by themself, and clearly mention that they want to cancel it. We don't need to conclude from anything only from their sms. The power of truth talks to the world what they want. We have a bargain position when the ego could not except they have done... And it was make world noisy... and when the highest level talks, we win... Thanks God for your help.

April 10, 2008

Unfair.....

I walked through on my shoping list.... "milk for Lita" was on number 5 that I had to buy. My eyes directly interested in a colourful stand of Dancow brand milk. Aha... so many presents from Dancow including a science CD as bonus for purchasing a 800gr Dancow 1+. I was so happy than, how lucky I am today I thought. After finding the plain one that my daughter very much like, I found no CD there. But how come, that was not fair,.... Meanwhile the chocolate, strawberry, honey, and vanilla flavours had the CD on it, only the plain none. How come?.... I tried to find out the answer from the beutiful lady standing in the stand... But she also doesn't know why...
My question still around fulfiling my head when I can't get the answer, then my husband tried to make me calm down. You know honey, it is a marketing strategy. When some brands were not reach the target on sale than the others, they can do anything to make it increase. In his opinion, the plain one was sold very well than the others.... Hmmm it make sense, then the company tried to encourage moms to buy the flavoured-one. Hopefully all moms didn't do it. As suggested, the plain milk is the best than flavoured milk, tasted one usually content of high consentrate of sugar which will damage our kids teeth.... Oh no... If our kids love the plain one, don't try to offer the flavoured one... Please deh ah....

Februari 01, 2008

Kesegaran....

Hari ini kuputuskan untuk memanjakan diri sejenak untuk medapatkan kesegaran baru. Rutinitas yang biasa dilakukan seorang wanita namun jarang sekali kunikmati. it is not about money, but why i can't do it regularly?
Tapi akhirnya kuniati sebagai kejutan untuk menyambut kedatangan suamiku tercinta hari ini. Potong rambut, facial dan hair spa. Segarrrrrrrr......

Get new challenge

I believe that God have his own plan for us. When I decided to resign from WHO at the end of last year, I have to accept that I will be unemployed for awhile in Jogja till we will leave on May. Lucky me, mbak Ari, one of my college and close friends offer me to help her as field manager in Hospital DOTS assessment in out Java. Whatever the position, I am glad to receive the offer. this is a new challenge for me to get another experiences in community health area.
Some other things I've started to do in last two weeks are fitness exercises 3 times a week, taking course for Balinese dance once a week and IELTS practices.
Hope this will be something in the future. Thanks God...

Januari 24, 2008

Karir dan Keluarga

Untuk memulai menulis cerita ini memerlukan waktu berhari-hari lamanya sampai pada saatnya kuputuskan agar jari-jariku mulai melakukan sesuatu. Ini tentang kehidupanku yang mungkin juga menjadi bagian kehidupan dari perempuan-perempuan lain.

“Bapak, I have decided to discontinue my contract for family reason”, kalimat ini kuucapkan dengan pasti sebulan menjelang akhir kontrak kerjaku di ruangan bosku. Bisa dibilang aku mulai menyukai pekerjaan ini, apalagi gaji yg kunikmati sangat menjanjikan. Teman-temanku pun terkejut mendengar keputusanku waktu itu, “sayang sekali, kamu punya kesempatan kerja di tempat yg kata orang sangat sulit mendapatkannya”. Bosku yang orang asing ini pun mengerti akan keputusanku dan memintaku segera mencari pengganti posisiku.

“Ibuk!!!!” suara kecil periku Lita mengoyak lamunanku pagi ini. “Good morning sayang” kugendong tubuh anakku yang berumur 2,5 tahun itu sambil kupandang matanya yang bening. “Ibu baru apa tuh?” pertanyaan pertamanya mulai dilontarkan Lita. “Ibu bikin susu sereal dan roti panggang pisang, sarapan buat ayah dan Lita”, jawabku sambil tanganku mulai menuang air panas ke gelas. “Kok nggak maem nasi?”, “kok pake air panas?”,”kok pake pisang?”, kok pisangnya ditaruh di roti?”…. Demikian aku harus siap menjawab pertanyaan yg bertubi-tubi sampai anakku yang cantik itu puas dengan jawaban yang kuberikan.
Menyiapkan sarapan sudah menjadi bagian rutinitasku selama hampir sebulan ini, tepatnya sejak aku tak bekerja lagi. Saat itu juga suamiku telah kembali dari tugasnya di Amerika selama hampir setahun. Saat-saat seperti inilah yang kuimpikan, berkumpul bersama keluarga.

“Pagi bu, pagi Lita” ayah yang berkaos singlet dengan senyum hangatnya menyapa kami di dapur. “Pagi ayahhhhh” sahut manja Lita sambil minta gendong ayah. Ayah adalah seorang dosen di Jogja yang punya banyak kesempatan dalam hidupnya untuk meraih sukses di karirnya dan kebetulan mendapat beasiswa S3 di Australia mulai tahun ini. Berpisah lagi selama 4 tahun tapi aku bisa berkarir atau ikut ke Australia mengurus keluarga. Karir atau keluarga….. Keluarga adalah alasan kuatku berhenti bekerja.

“Cepet bukk… Lita sudah siap, ayah shake hand dong” teriak halus Lita dengan semangat barunya setelah seminggu lebih ini masuk day-care. Mengantar dan menjemput Lita, menyiapkan makan malam, belanja, nyuci seterika adalah rutinitas baruku yang kusukai. Aku melakukannya sebagai latihan 5 bulan kedepan sebelum berangkat ke Australia yang more and less akan sama situasinya. “Ingat ada 5 hal klo Lita sekolah”, sambil jariku mulai berhitung.”Tidak boleh minta pulang, tidak boleh nangis, makan yang banyak, tidak boleh bertengkar dan klo pipis bilang bu guru” jawab Lita dengan hafal di depan sekolah. “bye-bye ibu”… senyum manis Lita menjadi semangatku hari ini.

Sejak aku berhenti kerja, aku merasa hubunganku dengan anakku yang baru satu ini semakin erat, aku semakin memahaminya dan baru sebulan ini aku mencoba menggali kemampuannya. Ternyata luar biasa…. Lita termasuk anak yg pandai bergaul, pintar dan menyenangkan. Walau aku sudah tidak bekerja, aku sadar profesi baruku, sebagai researcher for human development, juga tak kalah penting dalam hidupku.

“Kok ibu senyum-senyum sendiri” sapa ayah dari belakang mengagetkanku malam ini. “Eh ayah udah pulang, kok gak kedengeran suara pintu kebuka…” aku berusaha mengalihkan pembicaraan. “Ya karena ibu serius sekali di dapur” ciuman mesra suamiku tercinta menyejukkan hatiku. Ayah adalah sosok suami yang sangat romantis dan cinta yang diberikannya kurasakan tak pernah luntur walau cinta kami sudah berumur 10 tahun. “Maaf ya yah… tadi pagi ibu mendapat pertanyaan dari tetangga yang mengganggu pikiran nih… kok ibu gak kerja? Pertanyaan klise yah… mo neranginnya hmm…. bisa jadi cerpen nanti” senyumku sambil mengaduk sayur lawar yang kudapat resepnya di internet tadi siang. Senyum ayah memaklumi gundah gulanaku dibalik senyumanku. Dirangkulnya pundakku sambil ayah membisikkan di telingaku “maaf ya bu, ibu banyak sekali berkorban untuk ayah… dan terimakasih sudah menjadi istri yang sangat baik”. “Makasih ayah… ibu sadar ini sudah menjadi konsekuensi dari keputusan ibu. Ibu akan support karir ayah semampu ibu. Empat tahun ke depan siapa yang tahu apa yang akan terjadi” Tanganku mengelus pipi ayah dan mencium hangat. Komunikasi seperti inilah yang efektif jika kami menghadapi masalah. “Ini lawar yang paling enak yang pernah ayah makan” puji ayah ketika mulai makan malam. “Ah ayah gombal, ibu kan emang baru pertama ini masak lawar” senyum kami menambah hangat suasana malam ini. Aku berharap segala keputusan yang kami ambil akan membuat keluarga kami menjadi lebih baik.

Kalau dulu aku tak pernah memikirkan bagaimana dulu pengorbanan ibuku, kini aku sadar bahwa ibuku adalah seorang researcher for human development yang berhasil. Thanks ibu.

Januari 10, 2008

Working in WHO

Having a year work experience in WHO is the prestigous thing that I ever had in my life. It is the one of International NGOs which work in health related area in the world. When my first step walk in Bina Mulia Building I floor 7, it was very exciting and also unbelieveble. I looked backward in the history of this. Dr Adi Utarini was the key person who gave me chance to apply a vacancy offered by WHO. She recommended me to send a CV and related documents ASAP. Only in a night I discussed this with my beloved husband for getting his support before I decided to try it. In a day as well, WHO rang me up invited me to attend the interview in Jakarta. Suddenly, my life became messy, because I have to consider that I still have a one year daughter and husband worked in Yogya. But I have to be responsible with my decision, I gone through the panel interview in Wednesday, 12 December 2006. There were 4 candidates interviewed by 3 interviewers (dr Firdosi, Petra dan dr Franky) and I was the youngest both in age and experiences. Most of them had more than 3 years experience in TB related area. But lucky me I was choosen as Research Assistant for TB Program in WHO.

I moved to metropolitan city, Jakarta with my beautiful daughter and temporarily separated with my husband. My husband got a fellowship for 9 months in Australia and New York... so we were really separated :)

Become one of TB Team WHO is my fortune, they just like my family... Mbak Nelsy, Mas Erwin, Mbak Candy, Pak Franky, Pak Servas, Bu Sri, Bu Din, Pak Ribi, Bu Rien and Pak Firdosi... We work together, I learnt many things from them both in public health area and life experiences.

The most important thing highlighted is I also learn about administration and financing that I never learnt before. From my experience, the weakness of the system in WHO is there are no clear regulation in administration and budget for implementer like me. It caused many headaches unrelatted with my profesionalism. Nobody perfect, including WHO... whatever it is, I will never forgot my TB family :) Miss U guys.... Hope I will comeback someday....